Sabtu, 03 Juni 2023

DIKABULKANNYA DO’A

 

Di atas ojek online saat perjalanan pulang kantor, sore hari yang cerah di tengah macetnya jalan raya Jakarta-Bogor, sejenak aku menengadahkan wajahku ke atas, sekadar melepas penat. Langit sore yang terlihat indah menjadi latar rindangnya pohon besar di kanan kiri jalan. Bibirku melantunkan doa, "ya Allah, izinkan kami menapakkan kaki ke bumiMu yang lain. Seindah ini juga kah? Seperti apa di luar sana?". Berada jauh di perantauan dalam kondisi bekerja dan LDM (Long Distance Marriage) dengan tiga anak kadang terasa berat untuk aku jalani. Do’a supaya bisa berkumpul dalam satu atap lagi dengan suami selalu jadi yang pertama dilantunkan seusai salat. Menjadi ibu bekerja di Jakarta Raya dengan menitipkan balita bersama ART (Asisten Rumah Tangga) di rumah seringkali membuatku tidak bisa “live in the moment”. Di rumah terpikirkan kerjaan kantor, di kantor terpikirkan kondisi anak-anak. Adakah yang sama? Kapan ya bisa jadi fulltime mother? Secara tidak langsung ini juga yang diam-diam aku harapkan. Mungkin itulah alasan-alasan mengapa sekarang aku di sini, menjalani kehidupan sebagai seorang Muslimah di York, England.

Bercerita tentang kehidupan di York selalu membuatku bersemangat. Bukan hanya karena ini adalah tempat yang sangat cantik seperti di buku-buku dongeng yang kubaca saat masih duduk di bangku SD, tapi karena ini sungguh pengalaman pertama kami pergi dan tinggal di luar Indonesia tercinta. Jika diceritakan bagaimana persiapan hingga perjalanan menuju kota ini, tak akan habis kuceritakan dalam sekali duduk. Tapi aku akan menceritakan bagian paling menarik, yaitu saat kami sudah menjejakkan kaki di negeri asing ini. Sebagai emak-emak, kata orang Indonesia, di tempat baru tidak jauh-jauh urusan terpentingnya adalah sekolah anak, dapur, dan finansial. Terlebih sebagai seorang muslim, tiga hal tersebut memiliki sisi beratnya masing-masing.

di bawah pohon apel Edens' Cottage

Urusan basic lainnya sudah diurusi oleh suami, yaitu tempat tinggal dan kendaraan. Qadarullah, rumah akomodasi kampus yang sudah di book dari Indonesia harus mengalami perbaikan dan kami dipindahkan selama sebulan lebih di cottage kampus. Cottage ini sangat cantik, terlebih saat kami sampai, adalah autumn. Tanaman-tanaman merambat di dinding dengan daun warna-warni khas musim gugur. Turun dari taxi, kondisi badan sangat lelah dengan penerbangan transit 13 jam dan barang bawaan seabrek. Sambil menunggu suami mengambil kunci cottage di gedung reception, kami menggelar tikar lipat yang kami bawa dari Indonesia, sekedar melepas lelah. Melepas sepatu dan gendongan tas berat di punggungku dan anak-anak. Rebahan di bawah pohon apel rindang dengan buahnya yang lebat, serasa seperti mimpi.  Cottage ini terpisah dari akomodasi kampus lainnya. Sedangkan rekan-rekan dari Indonesia tinggal di akomodasi kampus. Tinggal jauh dari mereka sedikit banyak mengisolasi kami dari informasi-informasi yang terkesan receh tapi sangat membantu, seperti sharing pengalaman rekan-rekan dalam mengantar anak sekolah, berbelanja, dan lain-lain. Semua alternatif yang ada kami coba sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup mendasar. Berbekal banyak bertanya pada senior yang dikenal dan kenekatan. Maklum, semua harus dikerjakan dengan cepat, tanpa memberikan waktu jetlag sama sekali. Suami dan anak-anak harus langsung masuk kuliah dan sekolah sesampainya kami di York.

menemani anak-anak bersepeda ke Rowntree Park

Terkaget-kaget dengan kebiasaan orang di sini yang menempuh jarak jauh dengan berjalan kaki dan bersepeda, mau tidak mau badan dan mental harus dipersiapkan, bahwa kita akan banyak menggowes sepeda. Sesampainya di York, yang pertama kami cari adalah sepeda. Karena kami berlima, maka berburu sepeda dalam sehari merupakan tantangan tersendiri. Beruntung sekali kami mendapatkan informasi dari senior dimana mencari sepeda bekas (kalau baru, tak mampu terbeli) dan beliau bersedia menemani. Singkat cerita, kami mendapatkan sepeda-sepeda yang kami butuhkan. Pertolongan Allah selalu datang di saat yang tepat. Boncengan sepeda untuk si kecil bisa didapat langsung dari berbelanja di marketplace facebook. Yang katanya semua harus diambil di tempat, kami mendapatkan penjual yang sangat baik. Penjual itu mau mengantarkan ke cottage dan membantu memasangkannya (kami tidak punya peralatan sama sekali saat itu). Di hari berikutnya, dia datang memberikan banyak baju hangat dan mainan yang bagus untuk anak-anak. Jadilah emak terbantu membuat mood anak-anak terjaga selama berada dalam cottage.

mengantar anak-anak ke St.Lawrence CE Primary School

Mulailah emak menjalani kehidupannya yang baru sesuai do’a-do’anya terdahulu, sebagai fulltime mother, mengurus suami dan anak-anak tanpa drama ART, di negeri dongeng. Terkait sekolah anak-anak, sudah dipersiapkan sejak masih di Indonesia. Proses pendaftaran hingga persiapan baju seragam bisa dilakukan di Indonesia. Di UK, proses pendaftaran sekolah melalui website city council masing-masing. Kita hanya perlu memasukkan data anak dan pilihan sekolah yang ingin dituju. Di sini placement sekolah menggunakan sistem zonasi atau catchment area istilahnya. Berbekal informasi dari senior, aku memilih tiga sekolah terdekat dengan tempat tinggal. Mungkin karena kuota sudah penuh, anak-anak diterima di pilihan ketiga. Jaraknya sekitar 1 mill, bisa ditempuh dengan sepeda bersama anak-anak selama 20  menit atau berjalan kaki selama sekitar 30 menit. Landscape di York tidak rata, naik turun berbukit. Perjalanan ke sekolah melalui hutan kampus yang segar diselingi kicauan burung dan wara-wiri tupai serta kelinci, namun tanjakannya cukup membuat kaki gempor saat harus menggowes sepeda sambil membonceng gadis kecilku. Lebih-lebih saat puasa dan musim dingin, teriris juga hati emak melihat dua anak laki-lakiku berjuang menahan dingin yang menggigit jari-jari kecil mereka. Seringkali mereka  terengah-engah mendorong sepeda di tanjakan. Bismillah, pengalaman yang insyaAllah akan menempa anak-anak menjadi lelaki hebat di masa depan. Setiap pagi adalah tugasku mengantar anak-anak karena Ayahnya bekerja part-time di early morning. Nama sekolah anak-anak di sini “St Lawrence Church of England Primary School”, sedangkan di Indonesia “Kuttab Ummul Quro Cibinong”. Dari namanya sudah bisa dibayangkan jauhnya perbedaan yang anak-anak rasakan. Bukan gamis putih dan peci tapi sweater merah dan polo shirt, tidak ada salam khas dari Ustadz dan Ustadzahnya, tidak ada salat dhuha dan dzikir pagi bersama, bahkan yang cukup sedih tidak adanya salat Jumat berjama’ah. Anak-anak harus selalu diingatkan di pagi hari sebelum masuk kelas agar tidak lupa menjalankan salat dhuhur, kadang juga asar saat winter, di sekolah sebelum pulang. Beruntung, sekolah di Indonesia masih memperbolehkan anak-anak mengikuti pelajaran jarak jauh. Jadi, sebelum berangkat sekolah disini, mereka masih bisa bersua dengan Ustadz dan Ustadzahnya melalui video call atau zoom.

fish and chip, Liverpool Dock

potato blue cheese by Bunda

Di sini, memasak bukan lagi hobiku, tapi kewajiban. Karena kalau emak tidak memasak, artinya tidak akan ada makanan. Tidak ada warteg, tidak bisa dengan mudah asal pesan makanan halal di aplikasi online. Di York, sangat amat sulit menemukan resto dengan menu halal, bahkan bahan makanan yang kita gunakan untuk memasak pun jangan harap ada tulisan halal. Sebagai gantinya, sebagai seorang muslim, paling aman memakai produk makanan dengan label vegan atau vegetarian. Jika tidak ada, rajin-rajinlah membaca keterangan di belakang setiap kemasan apakah itu suitable for vegetarian. Kalaupun membeli makanan jadi yang berbahan ikan, meski porsinya besar, harganya cukup mahal dan rasanya tidak bisa memuaskan lidah kami. Beberapa kali emak mencoba memasak ala England dengan resep yang didapat dari teman baru disini. Aku beruntung menemukan teman sesaat sampai di negeri asing ini. Aku bertemu dia saat aku membeli peralatan dapur darinya dan meminta diantar, ternyata orangnya sangat baik, MasyaAllah, pertolongan Allah lagi. Esok harinya dia datang membawakan hanger baju untuk menjemur pakaian, gorden untuk menutup jendela cottage yang tidak tertutup padahal cuaca mulai dingin saat itu. Saat kami pindah ke akomodasi kampus, dia datang dengan ibunya dan membawakan seabrek barang-barang mulai dari sabun mandi, lemari, mainan, buku anak, alat masak, baju hangat, dan lain-lain. Dia  memberikan referensi toko dimana aku bisa menemukan bumbu-bumbu khas Asia yang pastinya sulit ditemukan di supermarket umum. Sering aku berbelanja sambil membawa si kecil, menggunakan sepeda dengan jarak yang lumayan jauh. Untungnya, kota ini jauh dari polusi. Jastip yang teman-teman Indonesia tawarkan saat pulang biasanya diisi oleh ibu-ibu yang kekurangan bahan masakan seperti kemiri, kencur, dan lain-lain. Benarlah kalau perbumbuan ini memang harta karun untuk bangsa Eropa.

Sekolah anak-anak di UK gratis mulai usia tiga tahun dan preschool bisa dimulai sejak usia dua tahun. Anakku yang kecil masih berusia kurang dari dua tahun saat kami sampai di York. Berada di York untuk 21 bulan rasanya sayang kalau anak-anak tidak berkesempatan memiliki teman dari negeri ini. 

persiapan bekerja di cupboard

Namun biaya preschool di UK sangat mahal. Jangankan untuk memikirkan dana sekolah si kecil, untuk kebutuhan sehari-hari saja kami masih ketakutan saat itu. Alasannya, jarang ada pengalaman senior yang membawa tiga anak sebagai dependent seperti kami. Mengelola finansial di sini harus teliti dan hati-hati. Nilai uang Indonesia tidak setinggi nilai uang di sini. Jika menggunakan gaji Indonesia untuk hidup di sini, maka semua akan terasa mahal. Berdasarkan cerita senior, dia sempat bekerja di UK saat jadi dependent menemani suaminya S2. Dia juga memiliki anak kecil seusia anakku. Dia menjadi cleaner di evening session saat suaminya sudah pulang kuliah. Dari situlah aku memiliki cita-cita bisa bekerja sebelum anakku menginjak usia 2 tahun. Lagi-lagi pertolongan Allah datang di saat yang tepat. Sempat ditolak di lamaran kerja pertama, sebulan kami di York, ada panggilan kerja di kampus sebagai cleaner. Waktu yang tepat saat badan mulai menyesuaikan diri dengan dinginnya udara York. Saat sesi wawancara, satu-satunya hal yang aku minta adalah izin menjalankan salat di sela-sela waktu bekerja. Karena di musim apapun, aku pasti harus menjalankan salat sebelum pulang. Saat winter, aku berangkat kerja ba’da maghrib. Namun saat summer, aku berangkat kerja ba’da dzuhur. Di waktu yang sama, 16.30. MasyaAllah ya, bumi Allah memang menawarkan keunikannya tersendiri. Hidup disini seperti hidup di dunia lain. Aku diterima bekerja tiga bulan sebelum anakku berusia dua tahun. Meski awalnya motivasi bekerja adalah untuk mendapatkan tambahan penghasilan, nyatanya aku mendapatkan lebih dari itu. Pertemanan dengan orang dari berbagai negara, memiliki identitas tersendiri di kota ini bukan sebagai dependent, aku merasa “diterima” di kota ini secara utuh.

menemani si bungsu ke Beehive Preschool

Sebulan sebelum hari ulang tahun anakku, aku sudah mulai mencari calon sekolahnya. Kriteria yang kucari adalah yang memungkinkan kutempuh dengan sepeda seusai mengantar ke primary school dan yang terjangkau tentunya. Alhamdulillah, ada preschool yang searah pulang mengantar anak-anak. Email pertamaku langsung berbuah manis, ada slot untuk anakku bersekolah di sana. Setelah dua bulan masa penyesuaian, sekarang anakku nyaman bersekolah di sana. Kadang saat bersalju, aku harus berjalan kaki dari sekolah abangnya ke preschool sambil mendorong stroller. Tidak ada bus yang searah. Pilihannya hanya sepeda atau jalan kaki. MasyaAllah walhamdulillah, sejauh ini semuanya berjalan lancar dan menyenangkan.

Pelajaran berharga untukku menjalani kehidupan sebagai seorang Muslimah di York, UK. Bagaimana mengatur waktu agar dapat mengurus anak-anak dan suami, bekerja, berjalan-jalan melihat indahnya York dan tetap produktif di musim apapun. 

jalan-jalan murah meriah di sekeliling sungai Ouse, York, UK

Aku suka mengajar dan menulis. Sepulang mengantar anak-anak, di Indonesia waktu sudah sore. Murid-murid onlineku sudah menunggu untuk diajari mengaji, akuntansi, dan lain-lain sesuai bidang keilmuan yang aku bisa. Jika tidak ada jadwal mengajar, kuisi waktuku dengan menulis. Selama Ramadhan, sebelum bekerja aku akan menyiapkan makanan berbuka puasa. Sepulang bekerja, aku, suami, dan anak-anak bersepeda menuju masjid satu-satunya di York, di Bull lane yang jaraknya sekitar 1,3 mill. Dingin, gelap, karena sekarang spring time, isya bisa dimulai pukul 9 dan tarawih selesai jam 12 malam. Tapi melihat semangat anak-anak bahkan si kecil, rasanya Ramadhan tetap semarak di hati kami. Kedua, carilah teman sebanyak-banyaknya dan jangan takut menunjukkan identitasmu sebagai seorang muslim. Tunjukkan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin dengan cerminan sikapmu. Ketiga, jangan takut akan rezeki dimanapun kamu berada, bahkan di negara yang terkenal dengan mahalnya biaya hidup. Luruskan niatmu, serahkan semuanya pada Allah. Kamu hanya perlu berusaha dan sisanya Allah akan mencukupkan.

Barakallhufiikum, berikut ceritaku, semoga bisa menjadi sharing ilmu dan pengalaman bagi siapapun yang membacanya. Do’a adalah senjata bagi orang yang beriman, maka, jangan takut melangitkan do’a-do’amu. Allah akan mendengar bahkan saat suaramu sangat lirih shaliha.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

When My servants ask you ˹O Prophet˺ about Me: I am truly near. I respond to one’s prayer when they call upon Me. So let them respond ˹with obedience˺ to Me and believe in Me, perhaps they will be guided ˹to the Right Way˺. (QS Al Baqarah 186)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar