Sabtu, 03 Juni 2023

DIKABULKANNYA DO’A

 

Di atas ojek online saat perjalanan pulang kantor, sore hari yang cerah di tengah macetnya jalan raya Jakarta-Bogor, sejenak aku menengadahkan wajahku ke atas, sekadar melepas penat. Langit sore yang terlihat indah menjadi latar rindangnya pohon besar di kanan kiri jalan. Bibirku melantunkan doa, "ya Allah, izinkan kami menapakkan kaki ke bumiMu yang lain. Seindah ini juga kah? Seperti apa di luar sana?". Berada jauh di perantauan dalam kondisi bekerja dan LDM (Long Distance Marriage) dengan tiga anak kadang terasa berat untuk aku jalani. Do’a supaya bisa berkumpul dalam satu atap lagi dengan suami selalu jadi yang pertama dilantunkan seusai salat. Menjadi ibu bekerja di Jakarta Raya dengan menitipkan balita bersama ART (Asisten Rumah Tangga) di rumah seringkali membuatku tidak bisa “live in the moment”. Di rumah terpikirkan kerjaan kantor, di kantor terpikirkan kondisi anak-anak. Adakah yang sama? Kapan ya bisa jadi fulltime mother? Secara tidak langsung ini juga yang diam-diam aku harapkan. Mungkin itulah alasan-alasan mengapa sekarang aku di sini, menjalani kehidupan sebagai seorang Muslimah di York, England.

Bercerita tentang kehidupan di York selalu membuatku bersemangat. Bukan hanya karena ini adalah tempat yang sangat cantik seperti di buku-buku dongeng yang kubaca saat masih duduk di bangku SD, tapi karena ini sungguh pengalaman pertama kami pergi dan tinggal di luar Indonesia tercinta. Jika diceritakan bagaimana persiapan hingga perjalanan menuju kota ini, tak akan habis kuceritakan dalam sekali duduk. Tapi aku akan menceritakan bagian paling menarik, yaitu saat kami sudah menjejakkan kaki di negeri asing ini. Sebagai emak-emak, kata orang Indonesia, di tempat baru tidak jauh-jauh urusan terpentingnya adalah sekolah anak, dapur, dan finansial. Terlebih sebagai seorang muslim, tiga hal tersebut memiliki sisi beratnya masing-masing.

di bawah pohon apel Edens' Cottage

Urusan basic lainnya sudah diurusi oleh suami, yaitu tempat tinggal dan kendaraan. Qadarullah, rumah akomodasi kampus yang sudah di book dari Indonesia harus mengalami perbaikan dan kami dipindahkan selama sebulan lebih di cottage kampus. Cottage ini sangat cantik, terlebih saat kami sampai, adalah autumn. Tanaman-tanaman merambat di dinding dengan daun warna-warni khas musim gugur. Turun dari taxi, kondisi badan sangat lelah dengan penerbangan transit 13 jam dan barang bawaan seabrek. Sambil menunggu suami mengambil kunci cottage di gedung reception, kami menggelar tikar lipat yang kami bawa dari Indonesia, sekedar melepas lelah. Melepas sepatu dan gendongan tas berat di punggungku dan anak-anak. Rebahan di bawah pohon apel rindang dengan buahnya yang lebat, serasa seperti mimpi.  Cottage ini terpisah dari akomodasi kampus lainnya. Sedangkan rekan-rekan dari Indonesia tinggal di akomodasi kampus. Tinggal jauh dari mereka sedikit banyak mengisolasi kami dari informasi-informasi yang terkesan receh tapi sangat membantu, seperti sharing pengalaman rekan-rekan dalam mengantar anak sekolah, berbelanja, dan lain-lain. Semua alternatif yang ada kami coba sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup mendasar. Berbekal banyak bertanya pada senior yang dikenal dan kenekatan. Maklum, semua harus dikerjakan dengan cepat, tanpa memberikan waktu jetlag sama sekali. Suami dan anak-anak harus langsung masuk kuliah dan sekolah sesampainya kami di York.

menemani anak-anak bersepeda ke Rowntree Park

Terkaget-kaget dengan kebiasaan orang di sini yang menempuh jarak jauh dengan berjalan kaki dan bersepeda, mau tidak mau badan dan mental harus dipersiapkan, bahwa kita akan banyak menggowes sepeda. Sesampainya di York, yang pertama kami cari adalah sepeda. Karena kami berlima, maka berburu sepeda dalam sehari merupakan tantangan tersendiri. Beruntung sekali kami mendapatkan informasi dari senior dimana mencari sepeda bekas (kalau baru, tak mampu terbeli) dan beliau bersedia menemani. Singkat cerita, kami mendapatkan sepeda-sepeda yang kami butuhkan. Pertolongan Allah selalu datang di saat yang tepat. Boncengan sepeda untuk si kecil bisa didapat langsung dari berbelanja di marketplace facebook. Yang katanya semua harus diambil di tempat, kami mendapatkan penjual yang sangat baik. Penjual itu mau mengantarkan ke cottage dan membantu memasangkannya (kami tidak punya peralatan sama sekali saat itu). Di hari berikutnya, dia datang memberikan banyak baju hangat dan mainan yang bagus untuk anak-anak. Jadilah emak terbantu membuat mood anak-anak terjaga selama berada dalam cottage.

mengantar anak-anak ke St.Lawrence CE Primary School

Mulailah emak menjalani kehidupannya yang baru sesuai do’a-do’anya terdahulu, sebagai fulltime mother, mengurus suami dan anak-anak tanpa drama ART, di negeri dongeng. Terkait sekolah anak-anak, sudah dipersiapkan sejak masih di Indonesia. Proses pendaftaran hingga persiapan baju seragam bisa dilakukan di Indonesia. Di UK, proses pendaftaran sekolah melalui website city council masing-masing. Kita hanya perlu memasukkan data anak dan pilihan sekolah yang ingin dituju. Di sini placement sekolah menggunakan sistem zonasi atau catchment area istilahnya. Berbekal informasi dari senior, aku memilih tiga sekolah terdekat dengan tempat tinggal. Mungkin karena kuota sudah penuh, anak-anak diterima di pilihan ketiga. Jaraknya sekitar 1 mill, bisa ditempuh dengan sepeda bersama anak-anak selama 20  menit atau berjalan kaki selama sekitar 30 menit. Landscape di York tidak rata, naik turun berbukit. Perjalanan ke sekolah melalui hutan kampus yang segar diselingi kicauan burung dan wara-wiri tupai serta kelinci, namun tanjakannya cukup membuat kaki gempor saat harus menggowes sepeda sambil membonceng gadis kecilku. Lebih-lebih saat puasa dan musim dingin, teriris juga hati emak melihat dua anak laki-lakiku berjuang menahan dingin yang menggigit jari-jari kecil mereka. Seringkali mereka  terengah-engah mendorong sepeda di tanjakan. Bismillah, pengalaman yang insyaAllah akan menempa anak-anak menjadi lelaki hebat di masa depan. Setiap pagi adalah tugasku mengantar anak-anak karena Ayahnya bekerja part-time di early morning. Nama sekolah anak-anak di sini “St Lawrence Church of England Primary School”, sedangkan di Indonesia “Kuttab Ummul Quro Cibinong”. Dari namanya sudah bisa dibayangkan jauhnya perbedaan yang anak-anak rasakan. Bukan gamis putih dan peci tapi sweater merah dan polo shirt, tidak ada salam khas dari Ustadz dan Ustadzahnya, tidak ada salat dhuha dan dzikir pagi bersama, bahkan yang cukup sedih tidak adanya salat Jumat berjama’ah. Anak-anak harus selalu diingatkan di pagi hari sebelum masuk kelas agar tidak lupa menjalankan salat dhuhur, kadang juga asar saat winter, di sekolah sebelum pulang. Beruntung, sekolah di Indonesia masih memperbolehkan anak-anak mengikuti pelajaran jarak jauh. Jadi, sebelum berangkat sekolah disini, mereka masih bisa bersua dengan Ustadz dan Ustadzahnya melalui video call atau zoom.

fish and chip, Liverpool Dock

potato blue cheese by Bunda

Di sini, memasak bukan lagi hobiku, tapi kewajiban. Karena kalau emak tidak memasak, artinya tidak akan ada makanan. Tidak ada warteg, tidak bisa dengan mudah asal pesan makanan halal di aplikasi online. Di York, sangat amat sulit menemukan resto dengan menu halal, bahkan bahan makanan yang kita gunakan untuk memasak pun jangan harap ada tulisan halal. Sebagai gantinya, sebagai seorang muslim, paling aman memakai produk makanan dengan label vegan atau vegetarian. Jika tidak ada, rajin-rajinlah membaca keterangan di belakang setiap kemasan apakah itu suitable for vegetarian. Kalaupun membeli makanan jadi yang berbahan ikan, meski porsinya besar, harganya cukup mahal dan rasanya tidak bisa memuaskan lidah kami. Beberapa kali emak mencoba memasak ala England dengan resep yang didapat dari teman baru disini. Aku beruntung menemukan teman sesaat sampai di negeri asing ini. Aku bertemu dia saat aku membeli peralatan dapur darinya dan meminta diantar, ternyata orangnya sangat baik, MasyaAllah, pertolongan Allah lagi. Esok harinya dia datang membawakan hanger baju untuk menjemur pakaian, gorden untuk menutup jendela cottage yang tidak tertutup padahal cuaca mulai dingin saat itu. Saat kami pindah ke akomodasi kampus, dia datang dengan ibunya dan membawakan seabrek barang-barang mulai dari sabun mandi, lemari, mainan, buku anak, alat masak, baju hangat, dan lain-lain. Dia  memberikan referensi toko dimana aku bisa menemukan bumbu-bumbu khas Asia yang pastinya sulit ditemukan di supermarket umum. Sering aku berbelanja sambil membawa si kecil, menggunakan sepeda dengan jarak yang lumayan jauh. Untungnya, kota ini jauh dari polusi. Jastip yang teman-teman Indonesia tawarkan saat pulang biasanya diisi oleh ibu-ibu yang kekurangan bahan masakan seperti kemiri, kencur, dan lain-lain. Benarlah kalau perbumbuan ini memang harta karun untuk bangsa Eropa.

Sekolah anak-anak di UK gratis mulai usia tiga tahun dan preschool bisa dimulai sejak usia dua tahun. Anakku yang kecil masih berusia kurang dari dua tahun saat kami sampai di York. Berada di York untuk 21 bulan rasanya sayang kalau anak-anak tidak berkesempatan memiliki teman dari negeri ini. 

persiapan bekerja di cupboard

Namun biaya preschool di UK sangat mahal. Jangankan untuk memikirkan dana sekolah si kecil, untuk kebutuhan sehari-hari saja kami masih ketakutan saat itu. Alasannya, jarang ada pengalaman senior yang membawa tiga anak sebagai dependent seperti kami. Mengelola finansial di sini harus teliti dan hati-hati. Nilai uang Indonesia tidak setinggi nilai uang di sini. Jika menggunakan gaji Indonesia untuk hidup di sini, maka semua akan terasa mahal. Berdasarkan cerita senior, dia sempat bekerja di UK saat jadi dependent menemani suaminya S2. Dia juga memiliki anak kecil seusia anakku. Dia menjadi cleaner di evening session saat suaminya sudah pulang kuliah. Dari situlah aku memiliki cita-cita bisa bekerja sebelum anakku menginjak usia 2 tahun. Lagi-lagi pertolongan Allah datang di saat yang tepat. Sempat ditolak di lamaran kerja pertama, sebulan kami di York, ada panggilan kerja di kampus sebagai cleaner. Waktu yang tepat saat badan mulai menyesuaikan diri dengan dinginnya udara York. Saat sesi wawancara, satu-satunya hal yang aku minta adalah izin menjalankan salat di sela-sela waktu bekerja. Karena di musim apapun, aku pasti harus menjalankan salat sebelum pulang. Saat winter, aku berangkat kerja ba’da maghrib. Namun saat summer, aku berangkat kerja ba’da dzuhur. Di waktu yang sama, 16.30. MasyaAllah ya, bumi Allah memang menawarkan keunikannya tersendiri. Hidup disini seperti hidup di dunia lain. Aku diterima bekerja tiga bulan sebelum anakku berusia dua tahun. Meski awalnya motivasi bekerja adalah untuk mendapatkan tambahan penghasilan, nyatanya aku mendapatkan lebih dari itu. Pertemanan dengan orang dari berbagai negara, memiliki identitas tersendiri di kota ini bukan sebagai dependent, aku merasa “diterima” di kota ini secara utuh.

menemani si bungsu ke Beehive Preschool

Sebulan sebelum hari ulang tahun anakku, aku sudah mulai mencari calon sekolahnya. Kriteria yang kucari adalah yang memungkinkan kutempuh dengan sepeda seusai mengantar ke primary school dan yang terjangkau tentunya. Alhamdulillah, ada preschool yang searah pulang mengantar anak-anak. Email pertamaku langsung berbuah manis, ada slot untuk anakku bersekolah di sana. Setelah dua bulan masa penyesuaian, sekarang anakku nyaman bersekolah di sana. Kadang saat bersalju, aku harus berjalan kaki dari sekolah abangnya ke preschool sambil mendorong stroller. Tidak ada bus yang searah. Pilihannya hanya sepeda atau jalan kaki. MasyaAllah walhamdulillah, sejauh ini semuanya berjalan lancar dan menyenangkan.

Pelajaran berharga untukku menjalani kehidupan sebagai seorang Muslimah di York, UK. Bagaimana mengatur waktu agar dapat mengurus anak-anak dan suami, bekerja, berjalan-jalan melihat indahnya York dan tetap produktif di musim apapun. 

jalan-jalan murah meriah di sekeliling sungai Ouse, York, UK

Aku suka mengajar dan menulis. Sepulang mengantar anak-anak, di Indonesia waktu sudah sore. Murid-murid onlineku sudah menunggu untuk diajari mengaji, akuntansi, dan lain-lain sesuai bidang keilmuan yang aku bisa. Jika tidak ada jadwal mengajar, kuisi waktuku dengan menulis. Selama Ramadhan, sebelum bekerja aku akan menyiapkan makanan berbuka puasa. Sepulang bekerja, aku, suami, dan anak-anak bersepeda menuju masjid satu-satunya di York, di Bull lane yang jaraknya sekitar 1,3 mill. Dingin, gelap, karena sekarang spring time, isya bisa dimulai pukul 9 dan tarawih selesai jam 12 malam. Tapi melihat semangat anak-anak bahkan si kecil, rasanya Ramadhan tetap semarak di hati kami. Kedua, carilah teman sebanyak-banyaknya dan jangan takut menunjukkan identitasmu sebagai seorang muslim. Tunjukkan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin dengan cerminan sikapmu. Ketiga, jangan takut akan rezeki dimanapun kamu berada, bahkan di negara yang terkenal dengan mahalnya biaya hidup. Luruskan niatmu, serahkan semuanya pada Allah. Kamu hanya perlu berusaha dan sisanya Allah akan mencukupkan.

Barakallhufiikum, berikut ceritaku, semoga bisa menjadi sharing ilmu dan pengalaman bagi siapapun yang membacanya. Do’a adalah senjata bagi orang yang beriman, maka, jangan takut melangitkan do’a-do’amu. Allah akan mendengar bahkan saat suaramu sangat lirih shaliha.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

When My servants ask you ˹O Prophet˺ about Me: I am truly near. I respond to one’s prayer when they call upon Me. So let them respond ˹with obedience˺ to Me and believe in Me, perhaps they will be guided ˹to the Right Way˺. (QS Al Baqarah 186)

Selasa, 11 Januari 2022

From Borderless Transaction Turn To Payless Taxation

 

Background and related issues

From the past, tax become a sexy component in contributing cost in the corporation. Nowadays, it becomes sexier when globalization come up. Globalization brings a lot of benefit to us as a human being. We can make many transactions with anyone, anywhere and anytime. We call it easiness of life. We never care about tax we paid in those transactions. So, how about our country? Indonesia’s state budget mostly supported by tax. Each country has its own regulation in tax. Depends on the regulation, a transaction can be taxable or not. Same type of transaction can be taxed lower or higher. We can imagine how the Multinational Enterprise (MNE) thinking about this situation. Whereas, tax office still faces difficulties in redefining Beneficial Owner (BO) and Permanent Establishment’s (PE) status.


In my duty before, Section of Group Company Transaction Audit - Subdirectorate of Special Transaction Audit - Directorate of Tax Audit and Collection, I was concerning about MNE’s transaction. Under the  directive from Director General of Taxes in SE-26/PJ/2013 about Instruction for Group Companies Audit, we make an instruction to do a simultaneous audit. This audit is done simultaneously by entire tax offices where the tax payers of group companies are on. This conduct is in line with OECD Model Agreement for Undertaking of Simultaneous  Tax Examination (OECD transfer Pricing Guideline for Multinational Enterprises and Tax Administrations 2017: 199),

 

“…a simultaneous tax examination means an ‘arrangement between two or more parties to examine simultaneously and independently, each on its own territory, the tax affairs of (a) tax payer(s) in which they have a common or related interest with view to exchanging any relevant information which they so obtain’.”

 

Tax payers of group companies are spreaded in many type of tax offices, including small and large tax offices. Evenmore, the crucial transaction usually is located in Small Tax Office. Like we know, Small Tax Office’s ability to capture the transaction is not as good as the medium and large tax office. With the big amount and variative of tax payers, small tax office must have priority to do their job. Holding company with minor tax payment liabilities and small turnover is not Small Tax Office’s concern.

We can see transaction showed at the picture above. In a glance sight, PT X in Small Tax Office is just a holding company without meaning activities. But, the existence of PT X is important to reduce total tax payed in its group. Revenue from PT Y and PT Z is reduced by paying interest of loan and dividend to PT X. Revenue in PT X is reduced by giving no-interest loan to Mr X and paying interest loan to XYZ Ltd. Suprisingly, loan from XYZ Ltd. is from Mr X. That’s why tax auditor’s ability and skill in Small Tax Office must be upgraded.

Now as a tax auditor in Small Tax Office, finally I face the MNE’s transaction. Last year, I handled a transaction between PT X in my office and it’s transaction opponent in Finland. PT X payed the high amount of fee for shareholder, Mr X. That fee had been taxed as Mr X’s personal income tax. I redefine it as dividend. Core business of PT X is limited distributor. X Ltd. as goods owner give PT X agency fee. But, cost of transaction with the third party is charged on PT X. I don’t clear enough about X Ltd.’s ownership. In other choice, X Ltd. can create PE than establishing PT X. PT X revenue from agency fee must be smaller than PE of X Ltd. Then, PT X membebankan PPN PM atas semua kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan Finlandia selama di Indonesia sehingga PPN nya lebih bayar. With the complexity of its transaction, this tax payer’s status now is on Medium Tax Office. Although PT X submit tax objection for Notice on Tax Underpayment Assesment, it’s a good job for Small Tax Office to find out this type of transaction.

In the future, hopefully better tax administration and simultaneous examination will capture better transaction’s scheme in MNE’s group. From now on, tax auditors can start to examine related party of their tax payer. Stop thinking to focus just on the tax payer in their office. DGT can start to manage the use of tax account system so that each tax auditor can see tax payer’s profile around Indonesia. DGT can make new system to connect tax auditor in around Indonesia while examining MNE’s group.

Borderless transaction is good enough for economic growth in the world. But, payless taxation is bad news for almost all country in the world. Especially for country that state budget’s component is mostly from tax, just like Indonesia.

 

Espectations and implementation

I believe by taking this course I will gain more understanding the complex realm of MNE’s audit as my field. I will be more critical and comprehensive in conducting tax audit especially in auditing taxpayers in MNE’s business. After completing this course, I hope that tax auditors in Indonesia especially myself will audit tax payers in wide view. So that, simultaneous audit can boost achieving tax target in Indonesia and improve tax payer’s compliance. We know together that audit is aimed to test tax payer’s compliance.

Furthermore, this course will expand my network with tax auditor in the world. The global networks in this course from various countries with their various experiences can provide me more resourceful information to be implemented in DGT office.

 

Contribution after attending the course

Will never ends in me I will do share this knowledge to my colleagues in my office. So, all of tax auditors, account representatives, and tax office concern about MNE tax payers’s transactions in boosting tax revenue. This knowledge is important too to be shared in tax auditor forums regularly, and I am eager for that. Further, we can give practical input to the DGT policy in MNE’s audit.

 

References:

 

Darussalam, Danny Septriadi, dan B. Bawono Kristiaji (2013). Transfer Pricing- Ide, Strategi, dan Panduan Praktis dalam Perspektif Pajak Internasional. Danny Darussalam Tax Center. Jakarta.

 

OECD (2017), OECD Transfer Pricing Guidelines for Multinational Enterprises and Tax Administrations 2017, OECD Publishing, Paris.

 

 

 


Business and Tax: The Love-Hate Relationship

 

To make sure that Indonesia has good economic stability and attract more investor to come due to low-risk business climate, the government must secure to have the good revenue. And as developing country, Indonesia still depends on tax payment to secure at least 70% of the total revenue. So, even tax might sounds scary for some business holder, we cannot deny the important of tax payment for increasing growth of the country as well as stimulating more conducive situation for business holder itself.

Like a love and hate relationship, however, the relationship between business holder and tax institution will not be that simple. They affect each other with complex regulations here and there. Starts from the simple way, tax becomes one of important variables for doing business.

 

However, according to World Bank Data (2018) as shown in figure below, stated that Indonesia still in the low rank (73rd compare to Malaysia in rank 15th as neighboring country), for easiness of doing business. This fact relates with the mandatory task of business owner to understand the complexity of tax regulation and taxpayers services before they build their business in Indonesia.

 

Figure 1. Ease of Doing Business in Indonesia

Unfortunately, despite the easiness for doing business in Indonesia has been improving a lot for some cases, i.e. for starting business, registering property and getting credit, the easiness for paying taxes remains low and even decreasing (figure 2). But at some point, tax payer services, can be one of the strongest reasons for tax compliance rate. It leads us to the conclusion that tax payer services deserve a lot of attention to make sure the business holder feel easier and comfortable to pay tax.

 

Figure 2. Variables Ease of Doing Business in Indonesia

One first thing the business holder should know that everyone who will start doing business must have a NPWP and beforehand, business entities should fulfill the requirements, like deed of establishment and business license.

 

To achieve good tax payer service then we need to know the rights and obligations of taxpayers. Based on OECD’s Committee of Fiscal Affairs Working Party Number 8 (1990) there are six taxpayers’ rights, i.e. right to be informed, right of appeal, right to pay no more than the correct amount of tax, right to certainty, right to privacy, right to confidentiality and secrecy. In fulfilling the rights of taxpayers in the form of certainty and to pay no more than the correct amount of tax, Directorate General of Taxation (DGT) had formed tax audit position and Indonesia implement self-assessment system in collecting tax. The correct paid amount of tax is one of the taxpayers’ mandatory and responsibility. If something happened, for instance there are overpaid tax refund requests or un-clarity in the report or doubt on the correct tax reporting, etc, taxpayer should be ready to be audited.

 

As one of the tax auditor in Indonesian tax office, I have been directly facing some cases when dealing with taxpayers. For 8 years I am working at DGT, I realized some cases happened repeatedly, not only for me but for all of the officers. In my humble perspectives, these four cases possible for being obstacles to maximize Indonesia’s main state findings resource, therefore urge to meet the solution:

 

1.    Due to lack of information and/or people’s awareness, these processes of registering NPWP sometimes lead to some cases. The cases often occur for example are taxpayers’ misunderstand NPWP to not have an inherent obligation, NPWP is not the same as passport. NPWP has an inherent obligation as long as the owners is still there, like reporting obligation.

Moreover, tax reporting in Indonesia not all can be done online yet and creating more hassle for tax payer since they should back and forth for filling the manual reports in the tax office.

2.    When taxpayers have no income, they tend to not make tax reporting. This was a problem when the taxpayer proposed deleting NPWP for business entities that were no longer operating. As we know, economic growth of the country is always fluctuating, as well as the business world. According to tax regulation, Per-20/PJ/2018, deleting NPWP must go through an audit process after all tax obligations is completed. Taxpayers often reject to make tax reporting while there are no business activities. Nevertheless, no tax reporting means responsibility to pay fines or receive sanction from taxpayers.

3.    Every business entities have a different life cycle. According to Kondratiev in his book tittled “The Major Economic Cycles” (1925), the long cycles had three stages: expansion, stagnation, and recession.

        Figure 3. Economic Life Cycle

Figure 3. Economic Life Cycle


Audit process in newly life of business entities must be different with the peak one. As well, audit process of entity closure has a specific treatment. Equal treatment of audit process in various type business life cycle will undermine business development in Indonesia. In other hand, inappropriate audit process can create tax potential loss. As we know, tax is the main source of state funding in Indonesia. Recently, there is new tax regulation related to small-scale taxpayers, PP 23/2018. The treatment for newly business entities using PP 23 or the PPh Act is still a matter of discussion between taxpayers and tax officers. Normally, taxpayers will use the most profitable regulations for their newly developed businesses.

1.    Another problem is unsynchronized data among tax service offices across regions. Taxpayers who do business usually have branches in various regions and each branch has responsibility to report each other. These miss linkage lead to the case of double taxation if tax payer services are not supported by adequate data synchronization. The audit process can be repeated in various branches with repeated document requests.

 

So, what makes different when we are doing business in other area in OECD member country? Australia for example with good rank in easiness of doing business especially in paying taxes (rank 18), has a relatively complex federal tax system that includes an income tax, a capital gains tax, a consumption tax (the GST) and a number of employment-based taxes (for example, fringe benefits tax). Australia also has a number of State/Territory-based taxes, such as stamp duty, land tax and payroll tax, and one of the keys to doing business in Australia is understanding how these taxes interact and how they affect business structures and transactions. (Minter Ellison, 2018)

 

Indonesia which does not have as complex tax regulations in Australia need to improve skills in understanding tax rules that we have. This understanding must be adjusted to the existing economic conditions and types of taxpayers. Furthermore, another important role of tax services includes the process of understanding existing tax regulation for the taxpayers. For example by providing consultancy regarding taxpayers treatment for who just run their business. On the top of that, building good communication and cooperation between tax auditor and taxpayers should be the key factor to make sure the process is running well. While the tax auditor guarantee they are conducting the job well, the taxpayer should understand that providing accurate data and time is crucial for audit process otherwise it will complicate taxpayers itself and hinder their business as the consequence.

 

DGT needs to take more concern in fulfilling taxpayers rights according to OECD directives. Self-assessment system initially is made to create easiness for taxpayers to fulfill their obligations. So, it should continue to support the ease of doing business in Indonesia. The standard of audit process at DGT needs to be continuously improved so that tax payer services will run well without eroding the potential tax.

 

I believe by taking this course I will gain more understanding the complex realm of doing business and tax payer services as my field. I will be more careful and professional in conducting tax audit especially in auditing taxpayers in newly business and in end cycle of business. After completing this course, I hope that tax auditors in Indonesia especially myself will do the duty effectively and professionally without reducing comfort of businessmen in Indonesia. Instead, tax auditor can keep the correct tax reporting by taxpayers in maximizing tax revenue. So that, tax services can boost doing business in Indonesia and improve economic growth.

                                                     

Will never ends in me I will do share this knowledge to my colleagues in my office. In regular forum counseling on taxpayers by the tax office needs to be informed of new relevant knowledge related to tax services for the business. So, all of tax auditors, account representatives, and tax office concern about the importance of taxpayers services in boosting tax revenue, especially businessmen taxpayers. This knowledge is important too to be shared in tax auditor forums regularly, and I am eager for that.

 

Furthermore, the global networks from various countries with their various experiences can provide me more resourceful information to be implemented in DGT office. If I can imagine, by become an effective-efficient DGT and high standard in taxpayers services, Indonesia will become the most favorable country to do business, alongside the attractive beauty of Indonesia’s nature.

 

 

 

References:

 

OECD Committee of Fiscal Affairs Forum on Tax Administration. 1990. Taxpayers’ Rights and Obligations. Centre for Tax Policy and Administration.

 

Market Business News. 30th of Jan 2019. https://marketbusinessnews.com/financial-glossary/kondratiev-cycle/.

 

Minter Ellison. Doing Business in Australia | Taxation. 29th of Jan 2019. https://www.minterellison.com/articles/doing-business-in-australia-taxation.

 

 

World Bank. Ease of Doing Business in Indonesia. 28th of Jan 2019. http://www.doingbusiness.org/en/data/exploreeconomies/indonesia.


Kamis, 01 September 2016

Menunggu malaikat kecil kedua kami.....

Pagi ini dimulai dengan semangat. Semangat karena seminggu lagi bisa jadi IRT sepenuhnya (meski cuma 3 bulan). Yaelah,,,masih seminggu lagi keleus! etapi.....karena saya sudah menunggunya sekian lama,jadi seminggu lagi itu terasa cepet lho....

Mau mengabadikan cerita2 menjelang kelahiran si buah hati. Kirain bakal biasa saja menghadapi kelahiran anak kedua. Eits, ternyata salah buesar. Agak merasa bersalah jadinya sama si abang alfath. Dulu saat menunggu kelahirannya, rasanya malah kaya mau liburan. Gimana enggak,,,bakalan lama di Pekalongan, jadi anaknya ibu bapak lagi...hehehe. Malah ga mikirin apa aja keperluan buat si baby. Semua diserahkan sama my supermom. Nah,,,sekarang karena rencana melahirkan di dekat rumah (Cibinong), malah heboh beli ini itu. Makin terasa heboh karena si abang makin manja sama bundanya. Apa-apa harus sama bunda. Kehamilan keduaku ini agak lebih fragille kalo dibanding yang pertama. Meskipun kalau dibanding sama orang-orang mah masih alhamdulillah tergolong kuat...
Padahal HPL masih lama, tapi ini pinggang udah sakittt......belum si abang yang ga pernah ngizinin ibunya tidur kalo ibunya di rumah.
Dua hari lalu si abang panas, hiks. Pengen peluk-peluk, gendong-gendong, ga bisa karena perut dah membuesaaar...alhamdulillah hari ini udah mendingan. Gigi gerahamnya agak nakal sih ya... tumbuhnya bebarengan gitu...dah parno aja ibunya. Mau menjelang lahiran dan malah si alfath kondisinya ga fit. Semoga lancar sampai hari H lahiran....si abang sehat-sehat....
Mobil baru kami (ga baru juga si), menjadi penyemangat si abang tiap bangun pagi. Semangat banget ngelap-ngelap lampu mobil. Syukur alhamdulillah ya nak....keturutan keinginanmu ada mobil di rumah...lebih tenang juga sekarang karena punya 2 anak kecil. Kemana-mana ga kena angin dan hujan... :)

Selasa, 19 Juli 2016

PEREMPUAN ITU MAKHLUK YANG LUAR BIASA

Alhamdulillah ala kulli hal....
bersyukur dilahirkan sebagai seorang perempuan. Dilahirkan dari rahim seorang perempuan. Semoga dapat merasakan melahirkan makhluk kuat bernama perempuan.
Perempuan itu luar biasa. Fisiknya mempesona, tapi bisa memikul beban seberat dunia dan seisinya. Terdengar klise ya? :-) Dari rahimnya peradaban dapat berlangsung, dari pelukannya anak-anaknya merasa tentram, dari keikhlasan dan ketabahan dirinya mendulang ridho suami surga baginya.
Hati sekuat ini cuma dimiliki oleh seorang perempuan, perasaan sehalus ini hanya dimiliki oleh perempuan, kemampuan fisik yang luar biasa melindungi anak-anaknya hanya dimiliki oleh seorang perempuan.
Terima kasih untuk ibuku, perempuan yang mengajarkanku menjadi makhluk yang hebat. Ketika hatinya sangat terluka, perempuan punya senjata ampuh, tangisannya dalam simpuhan di hadapan penciptaNya memberikan sumber kekuatan. Setiap kata yang menyayat hatinya, Allah hapuskan, Allah kuatkan dia, bahwa Allah menjanjikannya surga jika ia tetap dalam ikhlas dan tabah.
Dialah perempuan, kunci sukses anak-anaknya, kunci keutuhan sebuah mitsaqan ghalidza. Maka wahai perempuan, ketika hakmu berbicara telah berkurang, ketika hakmu menuntut telah berkurang, percayalah, balasan Allah lebih besar dari pada keadilan semu di matamu sebagai manusia.
Terus kuatkan hatimu, be BOLD, karena dirimu bertanggungjawab atas banyak hal, sebagai khalifah di bumi Allah.

Rabu, 10 Februari 2016

Kangen

entah apa yg kukangeni dari Bali,, tapi setiap mengenang Bali, rasanya mengembalikan semangat. Pulau yang menurutku tenang dan menenangkan itu menyimpan kenangan-kenangan manis. mengingatnya bisa senyum-senyum sendiri ga jelas di bus jemputan di tengah kemacetan. mendengarkan lagu "lembayung bali" dan "Kuta Bali" menggelembungkan kenangan.
padahal si suami yang ada bersama kenangan-kenangan itu selalu ada di sisiku (kadang-kadang tugas luar dan ninggalin istrinya yang imut ini sih...). tapi tetap saja aku kangen. aku kangen bisa berjalan di tepi pantai yang bersih, kangen jalan-jalan malam hanya sekedar menikmati candle light dinner di tepi pantai, kangen melihat lukisan-lukisan di ruangan yang besar dan tenang, kangen jauh dari hiruk-pikuk kehidupan.
terkadang merasa aneh dengan hal ini. rumah kami saat ini di Cibinong, cukup tenang dan nyaman. sayangnya, kenyamanan itu hanya bisa kunikmati di akhir pekan.
membayangkan betapa sulitnya saat menjalani kuliah D4 saat tidak ada pembantu, di perantauan dengan anak seimut alfath. pagi menyiapkan sarapan suami dan anak, menyuapi anak, memandikannya, dan berusaha mencari tempat penitipan selama aku ujian di kampus. tapi itu jauh lebih baik dari saat ini. lelah....rasanya. pergi jam 5 pagi meninggalkan wajah imut anak pertamaku, membawa calon anak keduaku di perut. sampai rumah jam 7 malam bahkan seringkali lebih. anakku terlihat mulai haus pertemuan dengan ibu dan ayahnya. situasi ini membuatku semakin kangen dengan suasana Bali yang terekam di otakku.
manusia selalu punya pilihan. bohong kalau aku bilang tidak ada pilihan lain selain menjalani ini. hanya saja, maafkan bunda nak....bunda belum berani mengambil pilihan itu. mengambil pilihan untuk memeluk "kangen" bunda. memasuki ruang dan waktu yang seakan hilang menguap ke udara selama ini. pertimbangan-pertimbangan yang entah sampai kapan bunda mampu mempertahankannya.
membersamaimu, mendengar celotehmu, menemanimu ke sekolah, waktu yang harusnya bunda gunakan untuk itu, bunda gunakan untuk mengurusi urusan orang lain, di gedung angkuh yang menjulang di tengah kemacetan ini. selama 5 hari setiap minggu. kamu, prioritas utama bunda, tanggung jawab yang akan Allah pertanyakan di akhirat kepada bunda, hanya mendapat sisa-sisa tenaga bunda di malam hari. bunda selalu kangen kamu nak....
jadi bunda kangen dengan suasana bali yg tenang dan menenangkan. bunda ingin menjalani ketenangan seindah bali bersama alfath, ayah dan adek alfath..

Rabu, 11 Februari 2015

Membedah Kesempatan MNC dalam Kompetisi Tax Avoidance



Menurut Robert Gilpin (2001) dalam artikelnya yang berjudul State and Multi National Corporations, kehadiran Multi National Corporation (MNC) membawa dampak positif sekaligus negatif bagi negara penerima. Sisi positifnya adalah berkembangnya kegiatan Foreign Direct Investment (FDI) yang artinya menambah penerimaan pajak. Contohnya di Indonesia adalah Coca Cola Bottling yang pertama kali berinvestasi di Indonesia pada tahun 1992. Di tahun 2011, Coca Cola Bottling memiliki jumlah karyawan sekitar 10.000 orang. Jutaan krat produknya didistribusikan dan dijual melalui lebih dari 400.000 gerai eceran yang tersebar di seluruh Indonesia. Namun terkait dengan aspek perpajakan ini, MNC dengan lingkup pasar global memiliki peluang besar dalam melakukan penghindaran pajak/tax avoidance demi memperbesar marjin laba dan meningkatkan daya saing di pasar global. Kesempatan tax avoidance oleh MNC dapat dilakukan dalam banyak hal dan dapat dikelompokkan menjadi tiga tahapan, yaitu pendirian afiliasi dengan memanfaatkan perbedaan  code of tax, mengatur struktur modal afiliasi dan mengatur realisasi capital gain afiliasi. Dibanding pengaturan struktur modal maupun realisasi capital gain, pemanfaatan perbedaan code of tax merupakan upaya utama tax avoidance oleh MNC di Indonesia. Perbedaan code of tax besaran tarif pajak atas bunga dan dividen di suatu negara memberikan pilihan bagi MNC dalam menempatkan afiliasinya. Dengan meningkatnya tarif pajak di tempat afiliasi berdiri, MNC tergelitik untuk melakukan pengaturan struktur modal. Selama afiliasi MNC tersebut beroperasi, adanya peraturan mengenai pajak atas capital gain menjadi pertimbangan manajemen MNC dalam mengatur timing realisasi capital gain. Dengan demikian, upaya tax avoidance pada dasarnya disebabkan oleh perbedaan code of tax di berbagai negara. Sehingga, pemanfaatan perbedaan code of tax menjadi hal pertama yang dilihat MNC sebelum melakukan pengaturan struktur modal dan realisasi capital gain.
Pertama, dalam tahap penentuan lokasi, mari kita lihat kesempatan MNC untuk melakukan tax avoidance berdasarkan perbedaan code of tax. Untuk mengembangkan usahanya, tahap awal yang dilakukan oleh MNC adalah menentukan dimana tempat holding dan afiliasinya akan didirikan. Pemilihan tempat ini sangat berkaitan dengan kewajiban perpajakan MNC. Peraturan perpajakan atas pendapatan bunga dan dividen di berbagai negara berbeda satu sama lain sehingga muncul istilah tax haven country. Tax haven country menjadi pilihan utama bagi para investor untuk berinvestasi dalam bentuk FDI maupun Portofolio Investasi (PI). Perbedaan code of tax ini menjadi celah empuk bagi MNC dalam melakukan tax avoidance. Di Indonesia, perusahaan afiliasi MNC dapat memanfaatkan perbedaan code of tax dengan cara membeli bahan baku dari perusahaan grup di negara bertarif pajak rendah dan mengalihkan biaya usaha ke negara bertarif pajak tinggi seperti Inggris. Cara untuk mengatasi permasalahan tax avoidance ini adalah dengan keterbukaan informasi  atau kredit pajak. Namun, solusi tersebut baru dapat efektif jika semua negara patuh atas perjanjian ini, termasuk tax haven country. Pada kenyataannya, hal ini hampir mustahil diwujudkan karena tax haven country tidak ingin kehilangan keuntungan atas banyaknya arus investasi yang masuk ke negaranya. Oleh karena itu, pemanfaatan code of tax merupakan kesempatan utama yang dilirik oleh MNC dalam kompetisi tax avoidance menentukan dimana MNC akan membuka afiliasinya. Seperti yang diungkapkan Guttorm Schjelderup (2002) dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul International Capital Mobility and the Taxation of Portfolio Investments , “Since portfolio investments are highly mobile internationally, national differences in tax rates may lead to competition over national tax bases, hamper the efficiency of international capital markets, and lead to the construction of tax minimizing portfolios”.
Kedua, setelah menentukan lokasi berdasarkan code of tax yang paling menguntungkan, kesempatan yang dimiliki MNC ada dalam tahap pengaturan struktur modal afiliasi. Code of tax di suatu negara mempengaruhi kebijakan struktur modal perusahaan. MNC memiliki jaringan modal yang besar di berbagai tempat dengan berbagai kondisi. Dibanding perusahaan lokal di Indonesia, MNC memiliki keunggulan dalam hal chanelling saat mencari pendanaan eksternal karena akses pada pasar modal global. Ketika tarif pajak naik, MNC menjadi kreatif dalam mengatur struktur modalnya. Di Indonesia, pembayaran bunga dapat menjadi pengurang pajak sedangkan dividen tidak, sehingga struktur modal afiliasi dapat didominasi oleh utang dengan bunga tinggi dari perusahaan induk. Akhirnya komposisi utang menjadi lebih besar daripada ekuitasnya. Ketika MNC berhutang kepada afiliasi perusahaan induk dan membayar kembali cicilan dengan bunga sangat tinggi, hal ini dapat menjadi dividen terselubung ke perusahaan induk. Untuk menghadapi upaya tax avoidance ini, Indonesia perlu melakukan pembatasan tarif bunga pinjaman ke perusahaan induk. Hal ini membuktikan bahwa kesempatan MNC dalam mengatur struktur modal tergantung pada kebijakan code of tax di negara tempat afiliasinya berdiri. Pada tahun 2003, Mihir A. Desai, C. Fritz Foley and James R. Hines Jr. dalam jurnal ilmiah yang berjudul A Multinational Perspective on Capital Structure Choice and Internal Capital Markets menyatakan bahwa, “Ten percent higher local tax rates are associated with 2.8 percent higher debt/asset ratios, with internal borrowing particularly sensitive to taxes.
Ketiga, dalam tahap operasi di negara tempat afiliasinya berdiri, MNC berkesempatan melakukan tax avoidance dengan menentukan kebijakan realisasi capital gain. Code of tax terkait realisasi capital gain juga mempengaruhi perilaku MNC dalam menentukan ukuran serta jumlah investasi mereka dalam bentuk aset investasi. Lebih mikro pada perilaku, pengaruh ini terlihat dalam hal pengaturan timing perusahaan dalam mendisposal aset investasinya, keputusan pengakuan rugi laba atas disposal modal, serta keputusan merger atau penghapusan lini bisnis. Kapan dan berapa besarnya capital gain yang direalisasi menjadi peluang pengaturan besarnya pajak atas merger, Property Plant Equipment (PPE) perusahaan properti, dan capital gain pelepasan saham. Kebijakan pajak atas capital gain berbeda di setiap negara sesuai code of tax negara masing-masing. Di Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pada tahun 2008 telah memberi fasilitas menggunakan nilai buku untuk menetapkan nilai aset, tanpa harus melakukan persyaratan likuidasi dan tidak melakukan revaluasi sehingga capital gain tidak akan timbul. Namun, perusahaan tidak diperkenankan mengalihkan kerugian atau sisanya ke perusahaan baru pada saat merger. Artinya, afiliasi MNC di Indonesia tidak dapat memanfaatkan kesempatan kebijakan realisasi capital gain saat merger. Hal ini membuktikan bahwa kebijakan MNC mengenai realisasi capital gain dalam upaya tax avoidance masih sangat tergantung pada code of tax di negara tempat afiliasi didirikan. “The micro analysis suggests that the realization of gains appears to be particularly shaped by tax incentives (Mihir A. Desai, 2003)”.
 Dari pemaparan di atas, kita mengetahui bahwa MNC memiliki kesempatan yang bertahap untuk melakukan tax avoidance. Dalam tahap awal, kesempatan MNC berkaitan dengan adanya perbedaan code of tax di berbagai negara sasaran holding atau afiliasi MNC didirikan. Setelah afiliasi berdiri, kesempatan tax avoidance selanjutnya terkait dengan pengaturan struktur modal dengan memperhatikan code of tax. Di tahap operasi, MNC berkesempatan memilih kebijakan realisasi capital gain juga dengan mempertimbangkan code of tax. Artinya, kebijakan mengenai pengaturan struktur modal dan realisasi capital gain dilakukan setelah MNC menilik dalam-dalam code of tax di negara tempat afiliasinya berdiri. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa dari ketiga upaya yang dapat dilakukan oleh MNC, pemanfaatan perbedaan code of tax merupakan upaya utama untuk melakukan tax avoidance dan mendasari dua cara lainnya.